Aksi Muda Mudi Bumi Atasi Krisis Iklim

Hari ini saya menghadari acara Sains fair di sekolah Ghazy. Setiap anak mempersentasikan percobaan sains yang berhubungan dengan fenomena alam. Saya dan Ghazy memilih untuk berbagi pandangan tentang terjadinya banjir. Ghazy begitu antusias, begitu juga saya. Karena isu soal lingkungan dan perubahan iklim menjadi peer besar bagi kita. Di seluruh belahan dunia, di seluruh Indonesia.

Fakta Perubahan Iklim yang Mengkawatirkan

Bicara soal perubahan iklim, tanpa harus membaca bukti ilmiah kita secara langsung telah merasakan dampaknya. Sudah tak terbilang berapa kali kita berkeluh kesah akan cuaca ekstrem tak menentu, air tanah yang semakin menipis, sawah ladang kekeringan hingga bencana hidrometorologi yang silih berganti mengancam masyarakat.

Rekor Suhu Terpanas

Kenaikan suhu di Indonesia memecahkan rekor, cuaca ekstrem ini karena dipicu oleh perubahan iklim. Bulan September lalu menjadi bulan terpanas sepancang tahun.

Berdasarkan data Ekstrem Perubahan Iklim dengan menganalisis 116 stasiun pengamatan Badan Meteolorogi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu udara rata-rata bulan September 2023 adalah 27,0 derajat Celcius. Sementara suhu normal klimatologis di Indonesia untuk bulan September 2023 periode 1991-2020 adalah 26,6 derajat celcius. Dimana kisaran suhu normal adalah 20,1-28,6 derajat Celcius.

Selain itu data Statista menunjukkan suhu rata-rata Indonesia sejak 1985 terus mengalami kenaikan. Itu artinya Indonesia tidak pernah lebih dingin dari rata-rata suhu tahunan.

BMKG mencatat, hasil pengamatan periode 22-29 September 2023, suhu maksimum harian di beberapa wilayah Indonesia mencapai 35-38 derajat Celcius pada siang hari.

Kenaikan suhu ektrem ini bukan hanya disebabkan oleh El Nino tetapi juga karena parahnya tingkat karbon di dunia. Situasi ini akan mengganggu peradaban manusia. Resiko kekeringan, ancaman pangan, turunnya volume Sungai hingga mengganggu Kesehatan dan nyawa makhluk hidup akibat teriknya cuaca.

Krisis Air yang Mengancam

Peningkatan emisi gas rumah kaca juga berdampak pada fenomena perubahan iklim yaitu memicu terjadinya krisis air. Isu ini sangat nyata dan harus menjadi perhatian seluruh negara.

gambar : pexels

Kenaikan suhu udara karena pemanasan global akan memicu berbagai dampak untuk keberlangsungan makluk hidup. Termasuk pada dinamika siklus air dan interaksinya dengan manusia yang membutuhkan ketersediaan sumber daya air secara terus menerus.

Musim kemarau berkepanjangan dan cuaca ekstrem ini juga mempengaruhi aksesibilitas distribusi air bersih, infrastrkutur untuk pengelolaan sumber daya air yang juga akan berimbas pada krisis energi dan krisis sosial.

Gelombang Panas Ekstrem Picu Kebakaran Hutan

Gelombang panas ekstrem yang terjadi karena perubahan iklim dapat memicu kebakaran hutan, kekeringan dan banyak orang yang harus dilarikan ke rumah sakit akibat serangan suhu panas.

Hal ini juga terjadi di Indoensia. Kebakaran hutan masih kerap terjadi. Data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat, terdapat 206 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia. Kebakaran hutan ini selain dipicu oleh kenaikan suhu panas juga karena aktivitas manusia yang tak bertanggung jawab. Ada beberapa pihak yang sengaja membakar lahan untuk membersihkan lahan, padahal kegiatan ini dapat berisiko besar pada lingkungan sekitar.

Bencana Hidrometeorologi 

Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang disebabkan oleh parameter meteorologi seperti kelembaban, angin, temperature dan curah hujan. Tak hanya terjadi pada musim penghujan, tetapi saat musim kemarau juga.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 1 hingga 31 mei, mencatat 99,1 persen frekuensi kejadian bencana di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologi akibat dampak perubahan iklim.

Perubahan iklim seperti perubahan suhu udara, peningkatan gas karbon dioksida, perubahan curah hujan dan iklim yang diperparah dengan kerusakan lingkungan menyebabkan bencana ini tak terhindarkan.

Akar permasalahan hidrometeorologi basah adalah urbanisasi yang memberi tkanan pada lingkungan di lihir, alih fungsi lahan yang mengurangi kapasitas daya serap. Selain itu urbanisasi juga meningkatkan emisi gas rumah kaca seperti pembuangan asap kendaraan, pabrik yang membuat kualitas udara tidak sehat.

Aksi Generasi Muda untuk Membatasi Perubahan Iklim

Perubahan iklim sudah didepan mata. Kita tidak lagi bisa berdiam diri apalagi tidak peduli. #MudaMudiBumi utamanya, layaknya menjadi pioneer untuk maju dan bergerak membatasi perubahan iklim. Mulailah dengan Tindakan kecil untuk mengatasi krisis iklim.

1. Hemat Energi dari Rumah

Setiap harinya kita memang menggunakan perangkat berdaya listrik. Teknologi ini memang sudah menjadi keseharian kita. Namun tahukan teman-teman bahwa Sebagian besar listrik dan panas ini dihasilkan dari batu bara, minyak dan gas.

Kita bisa mengurangi penggunaan energi untuk meminimalisir pemanasan dan mendinginkan suhu bumi. Misalnya dengan beralih menggunakan lampu hemat LED yang lebih ramah lingkungan, memilih peralatan listrik hemat energi, menjemur pakaian di bawah sinar matahari dibanding sering menggunakan mesin pengering.

2. Mengurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi dan Transportasi Udara

Banyaknya kendaraan pribadi di jalan raya yang menggunakan bahan bakar solar dan bensin dapat memperburuk kualitas udara dan meningkatkan emisis gas rumah kaca. Untuk itu ada baiknya sesekali berjalan kaki atau bersepeda dan menggunakan transportasi umum untuk meningkatkan Kesehatan dan menjaga lingkungan.

Selain itu pesawat terbang menggunakan banyak bahan fosil yang menghasilkan emisi. Sebaiknya kurangi penggunaan transportasi udara dan lebih memilih kereta untuk perjalanan jarak jauh.

3. Jangan Menyisakan makanan

Masak secukupnya, makan secukupnya untuk mengurangi kemungkinan kita membuang makanan. Karena dengan membuang makanan berarti kita membuang sumber daya dan energi yang dibutuhkan untuk menanam, memproduksi, mengemas dan mengangkutnya. Sisa makanan yang tidak diolah di tempat pembuangan akan menghasilkan gas metana yang membuat gas rumah kaca semakin tinggi.

4. Reduce, Reuse, recycle

Hidup minimalis yang ramah lingkungan sangat dianjurkan untuk mengatasi krisis iklim. Karena barang yang terus kita beli menyebabkan emisi karbon di setiap proses produksinya. Jadi belilah barang secukupnya, belanja barang dengan tas daur ulang dan gunakan serta daur ulang Kembali barang-barang yang memungkinkan.

5. Melakukan Penghijauan

Banyak lahan yang kering dan hutan terbakar akibat perubahan iklim. Untuk itu kitab isa melakukan Gerakan penghijauan untuk mengurangi efek pencemaran udara dan pemanasan global. Hal ini bisa dimulai dari lingkungan rumah, sekolah, dan lingkungan Masyarakat. Ajak orang-orang untuk #BersamaBergerakBerdaya menanam pohon dan tanaman disekitar rumah. Lingkungan akan lebih asri dan cuaca akan lebih segar.

#UntukmuBumiku kita harus sama-sama untuk bergerak menjaga lingkungan sekitar. Harapannya generasi kita nantinya tidak merasakan perih dan mengerikannya dampak perubahan iklim yang semakin buruk.

Ayo Bersama-sama menjadi bagian #TeamUpForImpact menyelamatkan bumi dari krisis iklim dan kebakaran hutan.

“Yuk share mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan!”

 

About the Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like these